Kapan Waktu Terbaik untuk Charging Baterai Gadget?

Charging, ritual wajib yang pasti elo lakukan setiap harinya. Entah pas di mobil, di sekolah, di rumah, atau di samping tempat tidur. Namun tahukah elo kapan waktu terbaik untuk mengisi daya gawai?





Gue kali ini tidak membahas mitos atau hal-hal yang belum tentu benar seputar mengecas atau charging baterai. Tapi lebih ke hal-hal teknis dan data mengenai baterai.

Lithium Battery


Gawai alias gadget di zaman sekarang bisa dikatakan semuanya telah menggunakan baterai Lithium. Baterai generasi terakhir yang memang sudah cukup berumur namun belum ada teknologi baru yang menggantikannya.



Baterai Lithium merupakan pengembangan baterai nikel generasi tahun 1990-an. Baterai Lithium masih dianggap menjadi solusi penopang daya hidup perangkat elektronik dan digital saat ini. Selain belum adanya pengembangan baru jenis baterai yang dapat menggantikan, Lithium memang memiliki kepadatan energi yang baik. Baterai Lithium juga tidak memiliki memory effect dan tidak mengalami kehilangan isi yang signifikan jika tidak digunakan dalam waktu yang lama.

Berapa sisa baterai yang baik untuk diisi ulang?


Berdasarkan data yang dihimpun dari Battery University, baterai jenis ini memiliki kemampuan menyimpan daya hingga 100% dari kapasitas tertulisnya di tahun pertamanya. Namun akan semakin menurun seiring bertambahnya discharge cycle dan bagaimana kebiasaan kita ketika mengisi daya yang dilihat dari depth of discharge.



Discharge cycle atau siklus pengecasan adalah umur baterai dihitung dari berapa kali pengisian ulang hingga baterai benar-benar drop dan tidak bisa digunakan kembali.

battery-cycle-2

Discharge cycle mempengaruhi kapasitas baterai. Semakin tua sebuah baterai (ditunjukkan dari semakin tingginya cycles), maka kapasitasnya akan semakin menurun dibanding performa awalnya.



Sedangkan depth of discharge (DoD) adalah tingkat pengisian baterai berdasarkan sisa energi yang tersedia. Cara menghitungnya misalkan penggunaan baterai dari kondisi penuh (100%) hingga habis sama sekali (0%) dan kemudian diisi kembali, disebut dengan 100% DoD. Dan apabila baterai penuh 100% kemudian digunakan hingga menyisakan 50% dan dicharge kembali, maka disebut 50% DoD.

battery-cycle

Pengukuran Battery University menggambarkan apabila kita sering mengecas baterai ketika sisa energi di baterai sudah hampir habis (ditunjukkan angka DoD yang tinggi atau 100%), maka umur atau discharge cycles sebuah baterai adalah 300 - 500 kali. Dibandingkan kalau kita sudah kembali mengecharge ulang ketika sisa baterai menunjukkan 50% atau 50% DoD, umur baterai akan semakin panjang yaitu 1200 hingga 1500 kali.



Beda jauh banget ya? Ya itulah gambar sekilas atas jawaban "Kapan sisa baterai yang baik untuk diisi ulang kembali?" Intinya adalah, semakin sering elo mengecas baterai ketika isinya hampir habis, semakin banyak cycles yang terhitung, yang berarti semakin pendek pula umur baterai yang ditandai dengan penurunan kapasitas tersimpan.

Saran gue berdasarkan data, jika elo ingin baterai Lithium awet sebaiknya isi baterai gadgetmu ketika indikator menunjukkan sisa 40 - 50%. Tidak perlu sampai habis baru diisi ulang karena baterai Lithium sekarang tidak memiliki memory effect (Apa itu memory effect? Silakan cari sendiri, sudah bertebaran di internet). Justru jika dicharge ketika baterai habis atau sangat kritis, akan memperpendek umur baterai elo.

Sebenarnya bisa sih jika mau lebih awet. Apa itu? Isi bateraimu ketika indikator menunjukkan 70 - 80% atau bahkan 90 - 100%. Cuma rasanya mustahil dan mubazir banget bertindak seperti itu.

Fast Charging atau Slow Charging?


Nah, di sisi lain belakangan ini juga sedang viral teknologi fast charging yang diperkenalkan beberapa vendor gadget khususnya yang memiliki baterai berkapasitas besar. Bagus tidak ya teknologi ini?



Fast charging adalah teknologi yang memungkinkan gadget mengisi daya dengan arus lebih besar daripada charger atau proses charging konvensional. Jika charging konvensional menggunakan arus 1 Ampere, maka fast charging bisa menggunakan 2.1A atau bahkan lebih. Selain itu juga dengan meningkatkan tegangan listrik yang dialirkan untuk mengisi daya baterai.

battery-cycle-3

Battery University menggambarkan sebuah baterai Lithium yang memiliki tegangan listrik 4.20V. Namun baterai tersebut dicoba untuk diisi dengan 4 besar tegangan yang berbeda dan lebih besar.

Grafik menunjukkan baterai ketika diisi dengan tegangan yang sama, memiliki umur atau cycles lebih dari 400 kali. Bandingkan dengan baterai yang sama, yang diisi dengan 4.25V yang mulai drop ketika umurnya mencapai 400 kali. Demikian dengan 4.30V yang drop ketika cycles-nya berada di angka 250 kali, dan 4.35V di 200 kali.
Ini berarti fast charging adalah sebuah teknologi yang buruk dong? Itu buktinya memperpendek usia baterai.

Sebenarnya sulit menjawab pertanyaan ini. Teknologi diciptakan untuk memudahkan hidup dan peradaban manusia. Kalau dilihat dari sisi kebutuhan dan mengingat mobilitas pengguna gadget yang sedemikian tinggi, fast charging ini sudah merupakan kebutuhan dan teknologi yang bagus. Kebayang bete-nya mengisi smartphone dengan kapasitas 3000 mAh dengan charger adaptor berarus 1 Ampere plus kondisi perangkat yang terus hidup. Mungkin bisa memakan waktu 5 - 6 jam.



Sedangkan jika dilihat dari sisi teknis baterai, tentu benar bahwa fast charging akan berdampak usia baterai secara langsung ataupun tidak langsung. Namun tentu juga sebagian vendor dan pabrikan gadget akan menyadari, yang kemudian mencoba mengimplementasikan berbagai rekayasa dan chip sebagai pelindung dan protector untuk menghindari kerusakan major pada baterai. It's okay lah!

Kalau menurut gue, mending dong umur baterai pendek daripada umur kita yang pendek karena marah-marah dan bete kalau proses charging device kita lama-lama semua. :mrgreen: Apalagi kalau kita lagi dikejar waktu. Benar?

Kesimpulannya?


Kesimpulan singkat menurut gue:

  1. Lithium masih merupakan teknologi terakhir untuk baterai gadget. Meski sudah tua, namun belum ada pengganti.

  2. Baterai Lithium tidak memiliki memory effect.

  3. Charge bateraimu ketika menunjukkan angka 40% - 50%. Tidak perlu sampai habis.

  4. Semakin sering charge semakin bagus, daripada jarang ngecharge tapi baterainya terkuras hampir habis. (Kembali ke poin pertama)

  5. Fast charging mempengaruhi usia baterai.

  6. Namun fast charging diciptakan untuk memudahkan kita. Berbagai teknologi sudah diterapkan untuk meminimalisir risikonya.


Informasi di atas berlaku untuk semua gadget ya. Baik laptop, smartphone, tablet, smartwatch, media player, dan semuanya deh yang berbaterai.

Jika ada yang tidak sependapat, yuk sharing dengan meninggalkan komen di bawah. Siapa tahu gue yang salah baca. Hasta manana!

1 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama