Root-Seeking Tour Story: See You Again (Part 6)

Puas menjelajahi kota Beijing dan merasakan dinginnya hujan es, perjalanan 2 minggu di negara yang dulu hanya mimpi belaka untuk berkunjung ke sana, mencapai puncaknya.

Kawan-kawan seperjuangan yang baru kami kenal pun harus kami relakan kepergiannya ke negara mereka masing-masing, kebersamaan selama dua minggu pun akan menjadi kenangan yang akan sulit dilupakan oleh diri kami masing-masing.

Gue gak bakal menyangka bakal seberat ini melepas kepergian kawan-kawan yang sudah berbaur seperti saudara sendiri.

Untuk Bok, Citto, Evan, Pieter, Laoshi Rini di Jakarta; Lei Ge Ge di Changsha yang sedang berjuang menghadapi ujian dan tugas kuliahnya; Han Jie Jie yang baru saja lulus kuliah dan mencari pekerjaan; Alicia, Joy, dan Dizhi yang berada di Kanada; Jessica Coutinho yang ada di Oman; dan Titol yang ada di Laos.

Tulisan ini gue persembahkan untuk kalian.

Sabtu, 8 Agustus 2015


Hari itu setelah sarapan, kami mengadakan briefing dan gladi resik terakhir yang sempat tertunda karena hujan es yang parah kemarin malamnya.

Hari ini kami fokus untuk berlatih menyanyi lagu Si Hai Yi Jia dan juga diingatkan kembali terhadap barang-barang yang tidak boleh dibawa ke acara penutupan. Kamera, dompet sampai power bank tidak diperbolehkan di bawa. Bahkan tas ransel saja tidak boleh. Hanya handphone saja yang diperbolehkan.

Setelah makan siang di restoran hotel, kami pun di bawa oleh bus ke gedung pemerintahan yang sempat gue bilang di part 5 kemarin.

20150805_091821

Gedung ini milik pemerintahan RRT yang digunakan untuk rapat atau pertemuan penting. Letaknya masih berdekatan dengan lapangan Tiananmen.

Saat bus sudah memasuki kompleks Tiananmen, mulai tampak bus-bus lain yang merapat. Dan seperti yang sudah gue duga, ternyata bus-bus itu adalah rombongan dari camp lain yang berbeda dengan rombongan kami.

Seketika di depan gedung pemerintahan itu, tampak lautan kuning-kuning karena kesamaan baju yang dipakai.

[caption id="attachment_media-3" align="alignnone" width="3264"]20150808_131042.jpg It was all yellow[/caption]

Kami sempatkan juga waktu yang cuma sebentar itu, untuk foto bersama.

[caption id="attachment_2742" align="alignnone" width="640"]IMG_20150808_163739.jpg Maafkan jika fotonya blur. Foto boleh kabur, tapi memori tak boleh kabur.[/caption]

Setelah berfoto, kami pun langsung bergegas untuk berbaris dan antre untuk masuk ke dalam. Security check di sini sangat ketat, sama ketatnya dengan security check di bandara.

Setelah melewati security check, kami pun harus mengantri lagi agar mampu masuk ke dalam ruangan yang digunakan di acara penutupan nantinya.

20150808_132925.jpg

Kami tak lupa gunakan kesempatan mengantri ini dengan selfie bersama.

20150808_133425.jpg

[caption id="attachment_media-12" align="alignnone" width="1280"]1445011155348.jpg INDONESIA SQUADDD![/caption]

Setelah menunggu sekitar setengah jam, kami pun akhirnya sampai juga di ruangan yang akan di pakai sebagai tempat acara penutupan Summer Camp 2015. Di ruangan ini bakal berkumpul 5.000 orang dari berbagai camp yang tersebar di seluruh Tiongkok, Macau, dan Hongkong. Berbagai negara, berbagai suku bangsa, dan berbagai perbedaan bersatu dalam satu wadah yang sama.

Selama satu jam pertama, kami mengadakan gladi resik terlebih dahulu. Gladi resik ini untuk mengingat-ingat kembali gerakan bendera yang kami pelajari dan juga bernyanyi lagu Si Hai Yi Jia bersama-sama.

Tepat pukul 15.00 acara penutupan pun di mulai. Menurut Laoshi Rini, upacara penutupan camp terbesar yang pernah ada di daratan Tiongkok ini, disiarkan secara langsung oleh TV lokal di sana.

20150808_171023.jpg

Acara berlangsung meriah dan penuh antusias bagi siapapun yang menontonnya. Di buka oleh pidato dari tokoh-tokoh penting pemerintah Tiongkok, lalu dilanjutkan penampilan kesenian tradisional Tiongkok seperti tarian, lagu tradisional hingga bela diri.

20150808_151621.jpg

Selain penampilan kebudayaan Tiongkok, di acara itu pula diumumkan pemenang lomba menyanyi lagu Mandarin yang diikuti berbagai negara. Dan yang paling membanggakan adalah wakil Indonesia menjadi juara satu.

[caption id="attachment_2764" align="aligncenter" width="360"]IMG_20150808_193314.jpg Membuat bangga Indonesia, lewat prestasi di kancah Internasional[/caption]

Ketika MC membacakan nama INDONESIA, kami semua pun langsung heboh dan mengibas-kibaskan pom-pom yang diberikan. Kami juga turut bangga melihat ada orang Indonesia yang mampu mengalahkan negara-negara lain dan menjadi juara di ajang Internasional.

Acara ditutup dengan menyajikan lagu Si Hai Yi Jia bersama-sama. Seketika jiwa gue langsung ikut bergelora dan juga memaknai lagu yang sesuai dengan semboyan kita "Bhinneka Tunggal Ika". Berbeda-beda tetap satu.

Walau datang dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda, kami bersatu di ruangan yang sama dan dengan kompak menyanyikan dan memaknai semangat dari lagu Si Hai Yi Jia, Empat Lautan Satu Rumah.

Selepas acara penutupan itu, gue dan kawan-kawan yang lain tak sia-siakan untuk berfoto bersama di panggung. Kebetulan kami juga bertemu seorang wartawan dari Indonesia, yang meliput acara penutupan Summer Camp 2015 itu.

"Akhirnya, kita ketemu orang yang bisa ngomong bahasa Indonesia," kata Evan sambil tersenyum.

[caption id="attachment_2778" align="alignnone" width="1280"]1440832310447.jpg Orang Indonesia berkesempatan untuk foto bersama di panggung Internasional.[/caption]

Setelah puas berfoto, kami pun kembali ke bus untuk balik ke hotel. Dari kaca bus kami melambai-lambaikan tangan ke bus lain tanda kita akan berpisah.

Di bus suasananya benar-benar heboh. Kami menyanyikan lagu-lagu Indonesia seperti lagu Dekat di Hati, Sepatu dan terakhir kami bersama-sama menyanyikan lagu perpisahan yang sangat populer kala itu bahkan hingga sekarang "See You Again".

[caption id="attachment_2788" align="alignnone" width="1920"]20150808_175628.jpg Bok, Titol, dan gue selfie untuk terakhir kalinya di bus yang kami tumpangi selama seminggu belakangan[/caption]

Ketika bus merapatkan badannya ke tepi trotoar dekat hotel, itu pula yang menandakan secara resmi kami berpisah dari rombongan Kanada dan Laos yang udah dari awal sama-sama kami. Sedih rasanya. :(

Ditambah lagi, Jessica Coutinho bakal pergi langsung ke airport malam itu, untuk langsung balik ke negaranya. Pelukan dan salam perpisahan di lobi hotel melepas kepergian Jessica.

Setelah kepergian Jessica, kami pun kembali ke kamar masing-masing untuk mandi dan beristirahat.

Pukul 19.00 kami pergi ke restoran hotel untuk makan malam. Ini adalah makan malam terakhir kalinya di negeri People Republic of China ini. Makan malam kali ini sudah berbeda dengan sebelumnya, karena sudah banyak rombongan dari negara lain yang pulang langsung setelah upacara penutupan tadi.

Setelah makan malam, gue, Laoshi Rini, Laoshi Fatimah, Deicent, dan Vinson pergi ke supermarket yang biasanya kami kunjungi untuk beli makanan ringan yang bakal kami bawa pulang ke Indonesia.

Sementara yang lain ada yang pergi ke mall, ada yang pergi ke McD, ada juga yang membeli kue untuk surprise ultah Pandi tengah malam nanti.

Ada cerita yang lucu ketika Melcang, Melsu, dan Evan membeli kue ultah Pandi.

Supaya tak ketahuan oleh Pandi mereka keluar bukan lewat pintu yang biasanya kami lewati tapi lewat pintu belakang hotel dengan memanjat pagar. Nekat? Sudah pasti.

Cerita mereka kembali berlanjut, ketika ingin kembali ke hotel setelah pulang dari toko kue. Mereka secara tidak sengaja berpapasan dengan Pandi dan Bok yang ada di seberang jalan dan sedang menuju McD.

Pandi pun langsung bertanya "Mau ke mana, kalian?"

Melcang pun menjawab " Mau balik ke hotel."

Melcang pun meletakkan kue nya di tepi jalan dan langsung kabur ke hotel. Sementara Evan, ia disuruh untuk menjaga kue itu sampai kondisi aman. Orang-orang di sekitar jalan itu pun melihat aksi mereka dengan terheran-heran.

Setelah balik dari supermarket dan juga sempat ke McD untuk membeli burger sebentar, gue dan yang lain bertemu dengan Nenek Lampir di lobby hotel. Gue awalnya mengira dia bakal menegur kami sampai-sampai gue berusaha untuk pura-pura gak lihat dia.

Tapi ternyata, ia malah menanyakan apa kesan kami selama di Tiongkok dan juga menitipkan cinderamata untuk kami. Hahaha.

Kembali ke hotel, waktu yang ada gue gunakan untuk packing karena barang bawaan yang menggunung. Gue menghadapi problem yang sama seperti saat berwisata ke suatu daerah, yakni gue membawa banyak sekali oleh-oleh.

Akhirnya, gue meminjam hand-carry bag dari Laoshi Fatimah untuk menampung barang bawaan gue.

Pukul 23.00 pun kami semua tidur dan berpura-pura seolah-olah tidak ada surprise untuk Pandi. Bok yang biasanya asyik main kartu sampai larut malam pun, terpaksa menjadi umpan malam itu dengan tidur bersama Pandi di kamarnya.

Minggu, 9 Agustus 2015


Tepat pukul 02.45 atau 15 menit sebelum surprise Pandi, gue bangun berkat alarm HP yang gue nyalakan. Gue langsung saja membangunkan Vinson yang tidur di kamar sebelah. Lalu membangunkan Laoshi Rini dan Laoshi Fatimah. Dan terakhir, membangunkan Evan, Citto, dan Pieter yang berada dalam satu kamar.

Tak lupa Alicia dan Lei Ge Ge pun ikut bersama kami memberi surprise untuk Pandi.

Tapi sebelum gue lanjutin ceritanya, gue harus ceritakan terlebih dahulu siapa itu Alicia.

Alicia adalah anggota dari rombongan Kanada yang di akhir perjalanan menjalin hubungan yang cukup dekat dengan Pandi. Alicia ini sebenarnya adalah orang Singapore. Tetapi sejak kecil ia sudah tinggal dan bersekolah di Kanada di kota Edmonton.

[caption id="attachment_media-25" align="alignnone" width="5184"]IMG_8834.JPG Awww[/caption]

Setelah kami lengkap semua, kami berkumpul di kamar Laoshi Rini untuk menyiapkan kue dan menyalakan lilin. Momen itu ternyata dimanfaatkan Deicent untuk tidur sebentar.

20150809_031151.jpg

Sesampainya di depan kamar Pandi, Citto langsung membuka pintu kamar Pandi karena ia memiliki kunci masuk kamar Pandi. Kami langsung menyalakan lampu dan seketika Pandi dan Bok yang masih telanjang pun terkejut dan bangun.

Setelah Alicia memberikan kue kepada Pandi dan Pandi meniup lilin, kami sempatkan momen itu untuk selfie bersama.

20150809_032059.jpg

Dan ketika sedang asik selfie bersama, Bok dengan isengnya mengambil krim pencukur kumisnya di WC lalu menaruhnya di muka Pandi. Yang lain pun juga ikutan iseng dengan mencolek krim kue ultahnya ke muka Pandi.

20150809_033457.jpg

 

Setelah itu, barulah momen pembagian kue ultah dan juga foto-foto bersama untuk terakhir kalinya.

[caption id="attachment_media-33" align="alignnone" width="4128"]20150809_033105.jpg Pandi and Alicia moment. Abakan dua makhluk astral yang di belakang.[/caption]

20150809_033351(0).jpg

20150809_033430.jpg

Setelah puas berfoto dan makan kue, Pandi pun mengantar Alicia kembali pulang ke kamarnya di lantai tiga lewat lift.

20150809_034537.jpg

Sementara yang lain kembali ke kamar masing-masing untuk balik ke ranjang masing-masing.

Pukul 08.00 barulah gue bangun. Hari ini jam 09.00 Alicia bakal pergi dari Beijing untuk pergi ke kota lainnya lewat kereta api. Dia masih memiliki waktu satu bulan di Tiongkok untuk menghabiskan liburan musim panasnya sebelum ia balik ke Kanada.

Rasa haru dan pelukan hangat melepas kepergian Alicia yang meninggalkan kami terlebih dahulu. Bahkan ada juga yang nangis karena rasa harunya.

20150809_090225.jpg

Setelah perpisahan yang mengharukan itu, gue dan beberapa teman lainnya memiliki waktu bebas hingga pukul 12.00. Kami akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan santai di sekitar hotel untuk menikmati waktu-waktu terakhir kami di kota Beijing. Tak lupa gue abadikan kondisi jalanan kota Beijing, yang sudah menjadi teman sehari-hari kami selama satu minggu.

20150809_094539.jpg

[caption id="attachment_media-47" align="alignnone" width="3264"]20150809_094811.jpg McD yang tak bosan kami kunjungi hampir setiap hari[/caption]

Pukul 11.30 pun kami balik ke hotel untuk makan siang di restoran hotel. Makan siang kali ini terasa berbeda karena jauh lebih sepi dari makan siang sebelumnya. Semakin sedikit rombongan yang meninggalkan Beijing, membuat suasana restoran hotel pun menjadi semakin sepi.

Setelah makan siang, kami pun balik ke kamar masing-masing untuk mengecek kembali barang bawaan kami supaya tak ada yang tertinggal.

Pukul 14.00 pun kami berangkat ke Beijing International Airport untuk kemudian pada pukul 18.00 kami akan bertolak menuju Hongkong sebelumnya akhirnya sampai di tanah air keesokan harinya.

Sebelum pergi ke bandara, kami pun tak lupa untuk berpamitan dengan Lei Ge Ge dan Nenek Lampir dan juga mengucapkan "再见,谢谢" yang artinya sampai jumpa dan terima kasih untuk segalanya. Momen perpisahan dengan Lei Ge Ge pun disambut dengan isak tangis dari beberapa teman-teman gue. Bahkan ada juga yang sudah di dalam bus menuju bandara, masih saja menangis karena beratnya melepas kepergian orang yang paling kami cintai.

[caption id="attachment_2873" align="aligncenter" width="360"]IMG_20150809_145200.jpg See you again, Lei Ge Ge[/caption]

IMG_20150809_145152.jpg

 

Sesampainya di bandara, tak lupa kami foto bersama untuk terakhir kalinya.

IMG_20150809_152849.jpg

Setelah check in dan memasukkan bagasi, kami pun pergi ke ruang tunggu untuk menunggu penerbangan sore itu.

Tepat pukul 18.15, kami masuk ke dalam pesawat Dragon Air. Beberapa saat kemudian ketika sang pesawat mulai bergerak menuju landasan pacu dan roda pesawat mulai bergerak masuk ke dalam ruangnya, di saat itu pula secara resmi kami meninggalkan negeri China.

Negeri yang jadi impian bagi banyak orang untuk meraih mimpinya. Negeri yang berpenduduk terbesar di Asia dan dunia. Negeri yang menawarkan sejuta keindahan alam maupun budayanya. Negeri yang menjadi tempat belajar dan menggapai ilmu dalam sebuah pepatah.

Dan bagi kami sendiri, negeri China adalah negeri sejuta kenangan yang bakal kami kenang selamanya.

Di pesawat pun, gue sebenarnya masih berat meninggalkan negeri tirai bambu. Tapi perlahan, gue mulai mencoba move on dengan makan makanan yang disediakan pesawat dan menonton film yang ada di pesawat. Tapi itu saja ternyata tidak cukup untuk membuat gue berpaling dari kenangan.

Pukul 23.30 kami pun sampai di Hongkong. Setelah turun dari pesawat, kami langsung mencari WC untuk buang air dan mencuci muka.

Setelah itu, kami langsung berlari-lari menuju gate keberangkatan kami menuju Jakarta. Pukul 00.00 kami pun berangkat lagi menuju Jakarta dengan pesawat Cathay Pasific. Dengan take off nya pesawat Cathay Pasific ini menandakan kepulangan kami menuju tanah air.

We are coming home!

Senin, 10 Agustus 2015


Pukul 06.00 WIB pesawat Cathay Pasific yang kami tumpangi pun mendarat.

20150810_053050.jpg

Kami langsung menuju imigrasi untuk cap paspor dan mengambil bagasi.

Setelah kami melewati imigration check dan sedang mengambil bagasi, tiba-tiba Melcang baru sadar kalau kameranya ketinggalan di pesawat. Hal itu membuatnya cukup panik.

Tapi, untungnya ia dan Laoshi Rini berhasil mendapatkan kameranya setelah mereka menghubungi petugas bandara yang ada.

Hufft.

Setelah mendapatkan kamera Melcang kembali, dan semua bagasi kami sudah diambil, inilah saat yang paling berat dalam rangkaian perjalanan 15 hari ini. Kami harus melepaskan Laoshi Rini, Bok, Citto, Evan, dan Pieter balik ke rumahnya masing-masing.

Pukul 06.30 sudah tampak orang tua dari Bok, Citto,Evan, dan Pieter serta suami dari Laoshi Rini menunggu kedatangan orang yang mereka cintai. Rasa haru sekaligus bangga tampak dari wajah mereka.

Kami lalu berpamitan dan berpelukan dengan mereka. Bahkan suasana berubah dari penuh canda tawa menjadi sedih karena berat untuk melepas kepulangan mereka.

Tapi the show must go on.

Kami masih harus beranjak dari Jakarta menuju rumah kami yang sebenarnya, kota bertuah Pekanbaru. Setelah kawan-kawan Jakarta beserta Laoshi Rini pulang, kami langsung naik bus shuttle untuk pindah ke Terminal 1. Di bus itu gue kembali teringat akan kejadian 2 minggu lalu, saat kami baru sampai ke Jakarta dan dengan perasaan sangat excited. Sementara kali ini, kami naik bus yang sama dengan perasaan yang campur aduk. Antara sedih, capek tapi rindu akan keluarga dan teman-teman di sekolah.

Setelah sampai di Terminal 1, kami pun langsung check in dan memasukkan bagasi. Setelah itu kami pun pergi membeli sarapan, yang pada akhirnya kami makan di pesawat karena waktu yang tidak memungkinkan untuk makan di tempat.

Pukul 09.00 pesawat Batik Air yang kami tumpangi pun meninggalkan landasan pacu dan bertolak menuju Pekanbaru.

Pukul 11.00 pesawat kami pun mendarat dan langsung kami mengambil bagasi. Sementara orang tua kami sudah menunggu di luar untuk menyambut kedatangan anak-anaknya yang pergi selama 2 minggu.

Setelah mengambil bagasi, kami pun pulang ke rumah dengan orang tua masing-masing. Kepulangan yang bukan hanya kembali ke rumah, tapi juga kepulangan yang membawa perubahan bagi diri kami. Menjadi pribadi yang baru, mandiri, dewasa, dan lebih menghargai diri sendiri maupun orang lain.

"Its better to travel, well than to arrive" - Buddha







3 Bulan Kemudian


Hari itu adalah satu hari sebelum gue ikut tes salah satu universitas yang diadakan di SMA Santa Maria.

Pagi itu gue bertemu dengan Pandi yang mengatakan bahwa Laoshi Rini akan datang ke Pekanbaru dan kami akan makan bersama.

Awalnya kami bingung mau makan di restoran mana di Pekanbaru. Sampai akhirnya Pandi memutuskan untuk makan di Koki Sunda, yang ada di seberang rumah gue. Dan ia berkata pukul 19.00 kami harus berkumpul di sana.

Pukul 19.00 Vinson pun menjemput gue di rumah, dan kami pun pergi bersama-sama ke Koki Sunda.

Setelah sampai di sana, ternyata Laoshi Rini, Laoshi Fatimah, Pandi, Vincent Makmur, Melcang, dan Deicent sudah sampai. Kami pun memesan makanan.

Sambil menunggu makanannya datang, kami sempat chat Bok, Pieter, Evan, dan Citto untuk video call malam itu. Tapi ternyata hanya Bok yang bisa video call malam itu.

Tampak keseruan dan canda tawa yang pecah dari kami dan Bok. Selain video call, kami juga berbincang-bincang tentang apa saja yang kami rindukan dari Summer Camp 2015. Mulai dari makanannya, Lei Ge Ge, ke McD tiap hari, hujan es, nenek lampir, ultah Pandi sampai kejar-kejaran di jalanan Beijing.

1447493817010.jpg

Tak terasa sudah pukul 21.30 waktu menunjukkan. Sebagian dari kami ada yang pulang, sebagian ada yang masih melanjutkan jalan-jalan bersama Laoshi Rini untuk membeli oleh-oleh khas Pekanbaru di toko milik saudara gue dan makan durian di dekat Hotel Grand Central.

Pukul 23.30 Pandi pun mengantarkan gue pulang ke rumah gue yang tak jauh dari tempat kami makan durian. Ketika menutup pintu mobil dan melangkah masuk ke rumah, tak lupa gue beri lambaian tangan terakhir kepada Laoshi Rini karena kami akan berpisah lagi.

Sekian rangkaian perjalanan tim SMSC Root-Seeking Tour 2015. Dengan tulisan ini selesai, maka berakhir pula catatan perjalanan Root-Seeking Tour Story 2015. Gue mohon maaf jika dalam tulisan gue ada kesalahan kata dan bahasa. Akhir kata, gue ucapkan terima kasih dan sampai jumpa! See you again, guys!

1 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama