Root-Seeking Tour Story: Belajar Budaya Lokal (Part 2)

Kali ini gue bakal lanjutin sharing cerita dari perjalanan rombongan SMSC Root-Seeking Tour 2015 setelah perjalanan awal di part 1 kemarin.

Ada baiknya sebelum kalian lanjut membaca dan ikut berpetualangan bersama keseruan, kekonyolan, hingga kegokilan rombongan SMSC 2015, kalian baca dulu tulisan SMSC Root-Seeking Story Part 1 di sini.

Di part 2 ini gue bakal menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di akhir SMSC Root-Seeking Tour Story Part 1 seiring berjalannya cerita.

Oke guys, tunggu apalagi langsung aja gue mulai ceritanya.

Selasa, 28 Juli 2015


Matahari kota Changsha mulai menunjukkan dirinya sejak pukul 05.00 pagi. Memang matahari di musim panas menunjukkan dirinya lebih awal dan bakal tenggelam lebih akhir.

20150728_064838.jpg

Pagi itu juga kami harus bangun dan bergegas merapikan bagasi kami, karena kami akan pindah ke luar kota dan tentunya bakal tinggal di hotel yang berbeda.

Sekitar pukul 07.00 sehabis sarapan di restoran hotel, bus rombongan kami pun beranjak meninggalkan kota Changsha dan langsung menuju ke kota lainnya di Provinsi Hunan yang bernama Xiangtan. Kalau kata Laoshi Rini yang berasal dari Jakarta, kota Changsha itu ibaratnya Jakarta dan Xiangtan ibaratnya Tangerang/ Depok/ Bekasi (oh kalau Bekasi itu di luar angkasa, ya).

Sebelum gue cerita lebih lanjut soal apa yang akan kami lakukan di Xiangtan, gue mau kasih tahu dulu soal negara yang ikut rombongan kami dan juga menjawab pertanyaan kalian tentang siapa itu Lei Ge Ge.

Jadi selain kami bertiga belas rombongan dari Indonesia, ada juga rombongan dari Kanada dan juga Laos. Kelak teman-teman dari Kanada bakal sulit buat kami lupakan karena beratnya berpisah dengan mereka.

Selain kontingen peserta Summer Camp 2015, kita juga didampingi oleh 4 orang guru pembimbing yang terdiri dari Laoshi Fatimah, Laoshi Rini, Laoshi XX dari Laos, dan Laoshi YY dari Kanada. *gak tau namanya* Di luar guru pembimbing ada juga panitia penyelenggara dan salah satunya adalah Lei Ge Ge (Koko Lei) dan satu orang lagi mahasiswi yang lebih tua dari Lei Ge Ge, yang kami panggil Han Jie Jie (Cece Han).

Ada juga panitia-panitia lain yang usianya jauh lebih tua dari Lei Ge Ge dan Han Jie Jie, seperti seorang wanita paruh baya yang menjadi ketua panitia dan pengawas untuk Grup Hunan yang kami panggil Nenek Lampir. Gue gak bercanda atau menghina tapi memang itu panggilan yang kami buat untuk mempermudah mengingatnya.

Kelak akan ada satu hari yang menegangkan ketika kami berlarian tak karuan hingga ditanyai oleh polisi lokal karena mengejar jam malam agar Lei Ge Ge tak dimarahi Nenek Lampir yang gue bakal bahas di part berikutnya.

Oh ya, ada juga tour guide yang akan memandu kami selama perjalanan di Provinsi Hunan yang gue gak tahu namanya. Dia seorang wanita yang berusia 30-an dan selalu memakai seragam biru yang menandakan ia seorang tour guide. Sosoknya yang tegas dan kadang suka berteriak-teriak sampai membuat telinga pekak. Tapi di balik itu, dia juga sosok yang baik, bertanggung jawab, dan suka bercanda dengan kami apalagi dengan Kevin Bok.

[caption id="attachment_1842" align="alignnone" width="1080"]PicsArt_1439472414366 Di gambar ini, dia adalah wanita yang memakai baju biru dan selalu memegang bendera.[/caption]

Oke balik lagi ke perjalanan kami ke kota Xiangtan.

Selama perjalanan tidak ada pemandangan menarik yang bisa kami lihat, karena sepanjang jalan cuma gedung pencakar langit dan juga mobil-mobil ynag lewat di sekeliling kami.

Sesampainya di Xiangtan, kami langsung di bawa menuju salah satu sekolah yang ketika kami baru masuk saja, sudah langsung terlihat sebuah lapangan sepakbola seukuran stadion.

20150728_155331.jpg

Fasilitas olahraganya berhasil membuat kami terkagum-kagum akan sekolah itu. Di sekolah ini juga kami akan belajar selama 2 hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Zhangjiajie di sebelah utara Provinsi Hunan.

Hari ini adalah hari pertama dan jadwalnya adalah acara pembukaan di aula sekolah, lalu ada kelas sejarah, wushu dan juga menyanyi lagu daerah.

Acara pembukaan berlangsung seperti biasa tidak ada yang istimewa menurut gue. Kami cuma mendengarkan pidato dari panitia beserta guru pembimbing dari masing-masing negara. Lalu juga berfoto bersama. Acara pembukaan berlansung sekitar 1 jam.

[caption id="attachment_1871" align="alignnone" width="1568"]397 Ester (kiri bawah) perwakilan dari SMA Santa Maria Pekanbaru; Citto (kiri atas) perwakilan dari SMP Citra Kasih Jakarta; A Guang atau yang biasa kami panggil Titol (kanan atas) perwakilan dari Laos; dan Alicia (kanan bawah) perwakilan dari Kanada[/caption]

Setelah acara pembukaan itu, kami langsung di bawa ke kelas untuk masuk ke pelajaran pertama kami yaitu Sejarah.

[caption id="attachment_media-6" align="alignnone" width="4128"]20150728_095253.jpg Tampak wajah-wajah masih kelelahan dan kurang tidur dari Saints Generasi 40[/caption]

Pelajaran berlangsung cukup membosankan dan 100% menggunakan bahasa Mandarin yang seperti bahasa alien bagi sebagian dari kami. Sehingga Kevin Bok dkk pun tertidur. *jangan ditiru ya*

[caption id="attachment_1864" align="alignnone" width="4128"]20150728_095259.jpg Hoammm[/caption]

Setelah pelajaran yang jadi jam tidur sebagian dari kami, kami pun pergi ke hotel tempat kami akan menginap dalam 2 hari ke depan sekalian makan siang pertama kami di daratan Tiongkok.

Hotel yang kami tempati cukup unik karena ketika kita masuk, maka kita akan menjumpai restoran terlebih dahulu. Lalu di mana kamar dan lobby hotelnya?

Ada baiknya kami mengisi tenaga dahulu karena kami sudah kelaparan.

Makanan yang disajikan pun cukup beragam mulai dari daging babi, ayam, ikan, sayuran hingga sup pun ada. Kali ini kami makannya dihidangkan ke setiap meja seperti acara pernikahan orang Tionghoa di hotel-hotel.

Gue kali ini duduk sama Kebok (panggilan Kevin Bok), Citto, Evan, Pieter, Vinson, Vincent Makmur, Laoshi Rini, dan juga Lei Ge Ge.

Di makan siang kali ini Kebok yang bisa berbahasa mandarin menawarkan Lei Ge Ge untuk mencicipi sambal ABC pedas yang biasanya kita jumpai di supermarket.

Nampak wajah Lei Ge Ge merah setelah mencocolkan daging dengan sambal ABC karena kepedasan. Kami pun tertawa. Tapi Lei Ge Ge tetap aja terus mencicipi sambal ABC kami.

Sehabis makan, kami pun dibagikan kunci kamar hotel. Alangkah terkejutnya kami ketika mengetahui ternyata kami nginapnya di dua buah rumah yang bisa gue bilang kayak villa di Puncak. Cowok untuk satu villa dan cewek untuk satu villa. Dan tentunya villa kami yang cowok lebih besar dari cewek karena kamar yang lebih banyak.

Betapa ekspresifnya kami meluapkan kesenangan ketika Pandi membuka kunci villa. Menjajaki tiap lantai dan tiap ruangan dan berteriak bagai anak kecil yang pertama kali pergi liburan.

Tapi kami cuma boleh sebentar saja di villa itu, karena setengah jam kemudian kami harus berkumpul di bus dan pergi kembali ke sekolah.

Di bus kali ini sempat terjadi sesuatu hal yang membuat kami belajar untuk bisa menghargai waktu. Laoshi Rini pun menunjukkan taringnya dan marah kepada dua orang anggota SMSC 2015 dari Pekanbaru. Mereka telat sampai bus karena satu alasan dan membuat mereka harus meminta maaf kepada seluruh rombongan. Satu pelajaran berharga guys, discipline is the key of success.

Tak berapa lama kami pun sampai di sekolah dan langsung dibawa ke ruang olahraga karena kami akan belajar seni bela diri yang paling terkenal dan diperlombakan di ajang olahraga seperti olimpiade, Asian Games, dan SEA Games, wushu.

Kami belajar beberapa gerakan dasar dalam wushu seperti memukul, menendang, dan menahan godaan untuk kembali kepada mantan (Eitsss).

Setelah kami siap berlatih dan berkeringat, pelajaran pun dilanjutkan di ruang kelas. Kami akan belajar menyanyikan lagu tradisional dari Hunan yaitu La Me Che La.

[caption id="attachment_media-4" align="alignnone" width="4128"]20150728_143759.jpg Cabe-cabean ala China[/caption]

Kelas ini berlangsung seru karena kami harus menyanyikan tiap baris lagu secara bergantian, dan yang salah mengucapkan akan dihukum berputar-putar di depan kelas.

Giliran gue yang dapat kesempatan untuk mengucapkan larik lagu La Me Cha La nih.

Gue sengajain salah karena berhubung Laoshi pengajarnya cantik jadi gue otomatis disuruh maju ke depan. Maju ke depan juga berarti kesempatan gue melihat Laoshi cantik lebih dekat. Buat kalian yang terlalu lama jomblo jangan ditiru ya, guys.

[caption id="attachment_media-6" align="alignnone" width="4128"]20150728_143233.jpg Wanita berlapis blazzer hijau itu adalah Laoshi yang gue maksud. *curi-curi foto*[/caption]

Setelah pelajaran menyanyi lagu daerah yang menyenangkan, kami langsung kembali ke hotel untuk makan malam dan juga istirahat.

Makan malam kali ini lauknya mirip seperti makan siang tadi, cuma dengan beberapa variasi. Kami pun tetap makan dengan lahap karena energi kami habis saat pelajaran wushu tadi.

Sehabis makan malam, kami pun balik ke villa untuk mandi dan berganti pakaian karena kami akan pergi ke luar untuk jalan-jalan santai. Kali ini tentunya sudah tidak bersama rombongan negara lainnya lagi, karena malam adalah waktu untuk beristirahat.

Sebelum pergi jalan-jalan malam atau yang gue singkat JJM, kami mendengarkan pengumuman di kamar Laoshi Rini atau tepatnya di villa cewek.

Di situ Laoshi Rini mengumumkan jadwal untuk beberapa hari ke depan dan juga membacakan peraturan yang tidak boleh kami langgar selama camp.

Di sini gue bakal menjawab salah satu pertanyaan di akhir Root-Seeking Tour Story: Menjajaki Tanah Leluhur (Part 1). Gue bakal menjawab pertanyaan soal peraturan unik yang dibuat oleh Laoshi Rini.

Setelah membacakan peraturan-peraturan yang umum seperti tidak boleh terlambat, harus selalu on time, dia juga membuat satu peraturan unik yaitu "Jika ia menemukan barang yang tertinggal dan merupakan barang milik kami, maka untuk mendapatkannya kembali harus membayar 10 yuan."

Unik ya guys, tapi sangat berguna bagi kami kelak dalam melatih diri untuk bertanggung jawab.

Setelah pertemuan yang memakan waktu setengah jam itu, kami langsung pergi JJM ditemani oleh Lei Ge Ge.

Di jalanan kota Xiangtan gue menemukan sesuatu yang unik yang aneh rasanya kalau ada di Indonesia yaitu banyak lelaki paruh baya yang telanjang dada di jalan. Bukan saja di jalan, bahkan di pusat perbelanjaan ber-AC pun masih ada juga kami temui orang telanjang.

[caption id="attachment_media-8" align="alignnone" width="4128"]20150728_200730.jpg Tak aneh lagi berhubung ini musim panas[/caption]

Aneh, tentu saja awalnya kami melihatnya sebagai sebuah keanehan. Tapi lama kelamaan kami mulai terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

Jalan-jalan kami kali ini hanya berkeliling ke pusat perbelanjaan yang hanya berjarak 5 menit jalan kaki dari hotel kami.

Gue dan kawan-kawan cowok lainnya hanya pergi ke supermarket untuk membeli makanan ringan dan minuman untuk kami makan sepulang JJM. Sementara yang cewek lebih sibuk lagi dengan urusan shopping dan berkunjung ke toko-toko yang ada.

Sekitar pukul 21.00 kami akhirnya pulang. Sebelum pulang, Laoshi Rini membelikan kami es krim di McDonald yang ada di pusat perbelanjaan itu juga. Saat hendak membayar, Ls Rini mengeluarkan uang-uang koinnya untuk membayar dan kasirnnya menanyakan dengan bahasa Mandarin yang gue gak ngerti maksudnya apa dan Laoshi Rini pun marah kepada kasirnya. Gue kurang bisa menangkap percakapan mereka apa tapi mungkin kira-kira begini.
Kasir: (melihat Ls Rini mengeluarkan uang koin untuk membayar 16 buah es krim) Jadi lo mau bayar sebanyak ini pakai uang koin semua, ha?

Ls Rini: Maksud lo bilang itu apa? (marah kepada kasirnya)

Kasir: @#$%&& ^*% (mungkin dia tak mau memperpanjang perdebatan)

Kelak gue belajar banyak dari Laoshi Rini lewat karakternya yang tegas, disiplin tapi juga perhatian terutama ketika gue mengalami pergolakan batin di camp ini. (Bakal gue bahas di part 4).

Setelah pulang hotel, kami pun makan snack yang kami beli tadi. Gue juga makan Fish O Fillet McDonald yang rasanya lebih enak dari yang gue makan di Pekanbaru. Sehabis makan, kami memulai kegilaan malam itu dengan main kartu bridge bersama, nyanyi lagu La Me Cha La sekeras-kerasnya, dan memperagakan gerakan wushu yang kami pelajari di kelas tadi. Satu malam tergila dan tak bisa gue lupakan dalam hidup.

[caption id="attachment_1946" align="alignnone" width="1600"]IMG_20150728_231857.jpg Dari kiri ke kanan: Kevin Bok, gue, Makmur, Pieter, Evan, Vinson, Pandi. Citto lagi sembunyi di balik sofa karena kegantengannya.[/caption]

Kira-kira jam 00.00 gue dan beberapa yang lain yang sudah tepar pun tidur dan siap untuk memulai hari esok.

Rabu, 28 Juli 2015 


Hari yang baru di kota Xiangtan.

4496028098782.jpg

Pagi ini diawali dengan sarapan di restoran, lalu kami akan kembali berangkat ke sekolah lagi.

Jadwal untuk hari ini full di sekolah karena kami akan belajar sejarah lagi, menari tarian tradisional lalu break makan siang di restoran hotel, setelah itu akan kembali ke sekolah buat belajar melukis dan nyanyi lagu tradisional.

Hari ini bakal padat dan tampaknya bakal seru.

Pagi diawali dengan kelas menari yang cukup menarik karena kami akan belajar tarian tradisional Tiongkok. Kelas yang menarik dan juga melelahkan tapi cukup fun.

Di akhir kelas, tiap negara menampilkan tarian tradisional masing-masing. Rombongan Laos menampilkan tarian mereka. Lalu rombongan Kanada menampilkan tarian tradisional Tiongkok karena mereka berketurunan Tionghoa dan belajar menari tarian Tiongkok di negaranya. Lalu dari Indonesia, perwakilan rombongan kami yang cewek menampilkan Tari Saman khas Aceh.

Di akhir kelas kami berfoto bersama.

IMG_20150802_210827.jpg

Setelah itu kami masuk ke ruang kelas yang kami pakai kemarin, buat belajar sejarah. Dan seperti biasa, ini adalah jam tidur kami.

[caption id="attachment_media-14" align="alignnone" width="4128"]20150729_110806.jpg Boleh dipraktekkan saat di kelas nanti, guys. Tidur sambil menatap ke depan.[/caption]

[caption id="attachment_media-16" align="alignnone" width="4128"]20150729_151149.jpg Keisengan Kebok kepada Citto yang udah masuk ke alam mimpinya[/caption]

Setelah kelas yang membosankan itu, kami pun kembali ke hotel buat makan siang dan istirahat sekitar 1 jam.

Pukul 13.00 kami sudah balik ke sekolah lagi buat belajar menyanyi lagu tradisional dan melukis.

Kelas menyanyi kali ini masih sama dengan laoshi yang mengajar di hari sebelumnya. Kesempatan ini gak gue sia-sia kan buat foto berdua dengannya.

[caption id="attachment_1970" align="alignnone" width="640"]IMG_20150729_181423 Senyum terindah yang pernah ada[/caption]

Lalu kelas dilanjutkan dengan melukis dengan Laoshi yang berbeda lagi. Kali ini kami disuruh melukis bunga tapi yang ada malah banyak yang melukis bebas. Kreativitas memang gak bisa dibatasi.

Di akhir pelajaran, kami foto bersama karena itu menjadi kelas terakhir kami sebelum esok harinya kami bakal beranjak ke Zhangjiajie.

[caption id="attachment_media-20" align="alignnone" width="1478"]S__78356495.jpg Han Jie Jie nyempil[/caption]

[caption id="attachment_media-22" align="alignnone" width="1478"]S__78356499.jpg Hasil karya Saints Generasi 39 dan 40. Mana yang paling bagus, guys? Tulis di kolom comment ya.[/caption]

[caption id="attachment_media-2" align="alignnone" width="1478"]4496050874570.jpg Menjalin kekerabatan dengan negara lain lewat selfie bersama.[/caption]

Setelah pulang dari sekolah, kami langsung balik ke hotel buat makan malam. Sehabis makan malam kami briefing sebentar di villa Laoshi Rini lagi baru lanjut JJM lagi.

Malam sehabis JJM, kami seperti hari sebelumnya lanjut main kartu bridge lagi lalu istirahat karena besok kami akan menempuh perjalanan yang amat melelahkan.

Sekian dulu SMSC Root-Seeking Tour Story 2015 Part 2 nya. Di part berikutnya kalian akan menjelajahi keindahan alam Zhang Jia Jie bersama rombongan SMSC. Ditunggu ya guys.

Seperti apa keseruan kami menjelajah alam Zhang Jia Jie?


Seberapa indah sih Zhang Jia Jie sampai film Avatar pun shooting di sana?


Lalu hal apa yang terjadi di Zhang Jia Jie yang buat LS Rini marah besar?


Pertanyaan di atas bakal gue jawab di SMSC Root-Seeking Tour Part 3. Stay tune, guys.

2 Komentar

  1. […] Gue gak akan lanjutkan di post ini karena bakal panjang ceritanya. Gue akan jawab pertanyaan-pertanyaan itu di postingan berikutnya. Sampai jumpa di SMSC 2015 Root-Seeking Tour Story Part 2. […]

    BalasHapus
  2. […] yang gue ceritakan sebelumnya di part 2, bahwa kami akan menuju Zhangjiajie pada hari kelima perjalanan SMSC Root-Seeking Tour 2015. Kali […]

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama